Peta Jalan ‘Holding’ Farmasi Harus Miliki ‘Value Creation’

06-10-2020 / KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR RI Sondang Tiar Debora Tampubolon. Foto : Azka/Man

 

Anggota Komisi VI DPR RI Sondang Tampubolon mendorong BUMN Farmasi yang sudah tergabung dalam BUMN Holding untuk harus memiliki value creation (penciptaan nilai) yang jelas. Dikatakannya, praktik holdingisasi yang dilakukan BUMN harus menciptakan added value (nilai tambah) bagi negara dan masyarakat.

 

Disampaikan dalam pendalaman rapat antara Komisi VI DPR dengan Holding BUMN Farmasi yang terdiri dari Bio Farma, Kimia Farma, dan Indo Farma di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (5/10/2020), Sondang menyayangkan pembagian tugas antara Kimia Farma yang mengurus persoalan Pharmaccy dan Indo Farma dengan Phyto Pharmacy. Menurutnya, hal ini sama saja membatasi kemampuan dari BUMN itu.

 

“Jadi yang bisa saya tekankan adalah BUMN farmasi harus memiliki satu strategi bisnis yang jauh lebih besar. Jangan hanya sekedar pembatasan-pembatasan. Karena ini waktunya, kalau tidak menggunakan momentum ini ya kita sih tidak berharap ada pandemi lagi. Kita belajar dari pandemi ini bahwa kita harus memiliki satu sistem sekuriti yang jauh lebih baik di bidang kesehatan masyarakat,” terang Sondang.

 

Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini menerangkan agar sebaiknya BUMN Holding Farmasi dapat menciptakan kompetisi persaingan usaha yang sehat. Untuk itu menurutnya pembatasan-pembatasan penugasan produksi yang sudah ditentukan dapat dikaji kembali.

 

“Kalau misalnya Kimia Farma hanya farmasi. Kemudian Indo Farma hanya phyto pharmacy, di mana persaingan atau check and balances-nya di antara BUMN-BUMN farmasi. Nah, oleh karena itu buat saya adalah bisa dibuat Kimia Farma tetap memproduksi produk farmasi, Indo Farma pun juga, tetapi bagaimana mungkin dibuat segmentasinya. Ada yang obat paten, obat generic, dan sebagainyas,” imbuhnya.

 

Sondang berharap para direksi dapat mengambil keputusan secara futuristik namun antisipatif dalam pembuatan roadmap kerja. ”Jadi nanti kita harapkan riset itu harus selalu dilakukan dan bagaimana nanti BUMN Farmasi ini adalah bukan untuk mengobati pasien yang sakit, tetapi bagaimana bisa meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia agar tidak mudah sakit. Harusnya seperti itu,” tukasnya. (er/sf)

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...